Langsung ke konten utama

Pemodelan Regresi Ridge (Ridge Regression Model) dengan R

Regresi Ridge dengan R

Halo teman-teman, kali ini kita akan melanjutkan belajar bersamanya mengenai pemodelan karena tadi pagi kita telah belajar bersama bagaimana menerapkan fungsi do.call() di R. Model yang kita bahas kali ini adalah model yang agaknya masih keluarga dekat dengan model regresi linier sederhana atau berganda, namanya adalah regresi ridge (ridge regression model).

Acapkali data yang kita gunakan untuk pemodelan regresi linier tidak berjalan mulus dan lancar-lancar saja. Entah dari hubungannya sebenarnya tidak linier, atau yang lebih sering mengalami gangguan asumsi klasik tertentu. Regresi ridge ini merupakan bentuk lain dari regresi yang mampu mengakomodir adanya bias akibat adanya multikolinearitas di antara variabel independen di dalam model. Adapun sifat dari penduga parameter model ini adalah bias namun konsisten karena memiliki kemampuan untuk menurunkan Mean Square Error (MSE). Kendati demikian, pada praktiknya, model regresi ridge ini masih debatable atau masih menjadi bahan perdebatan, terutama dari aspek efektivitas modelnya.

Selain itu, karakteristik dari model regresi ridge ini adalah uji signifikansi koefisien modelnya tidak dapat dilakukan secara langsung karena di dalam koefisiennya mengandung bias yang dalam formulasinya dinotasikan sebagai c. Demikian halnya dengan uji analisis varians dari model, kita tidak bisa melakukannya secara langsung. Perdebatan terhadap model ini juga terlihat akibat bias yang dimasukkan ke dalam model digunakan untuk meningkatkan prediksi.

Lantas bagaimana pengaplikasian regresi ridge dengan R? Kali ini kita akan mempraktikkan dengan menggunakan data dummy yang kita bangkitkan secara manual. Adapun langkah-langkah pemodelannya dapat mengikuti beberapa code berikut:

Code:

y <- c(1, 2, 3, 5, 1, 3, 7, 4, 9, 8)
x1 <- c(3, 2, 5, 7, 3, 5, 9, 6, 12, 10)
x2 <- c(1, 2, 3, 5, 1, 3, 6, 4, 8, 8)

df = data.frame(x1, x2, y)

#regresi OLS
ols <- lm(y~x1+x2, data = df)

#ringkasan hasil
summary(ols)

Hasil:

Call:
lm(formula = y ~ x1 + x2, data = df)

Residuals:
     Min       1Q   Median       3Q      Max
-0.31623 -0.16148 -0.09776  0.11088  0.49885

Coefficients:
            Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)   
(Intercept)  -0.4905     0.2416  -2.030  0.08191 .
x1            0.2577     0.1290   1.998  0.08587 .
x2            0.7787     0.1633   4.768  0.00204 **
---
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

Residual standard error: 0.3087 on 7 degrees of freedom
Multiple R-squared:  0.991,    Adjusted R-squared:  0.9884
F-statistic: 385.2 on 2 and 7 DF,  p-value: 6.925e-08

Code:

#Uji nonmultikol
library(olsrr)
ols_vif_tol(ols)


#uji homos
library(lmtest)
bptest(ols)

#uji nonautokorel
dwtest(ols)

#uji normalitas
ks.test(ols$residuals, ecdf(ols$residuals))

Hasil:

  Variables Tolerance      VIF
1        x1 0.0586826 17.04083
2        x2 0.0586826 17.04083

    studentized Breusch-Pagan test
data:  ols
BP = 2.5441, df = 2, p-value = 0.2803

    Durbin-Watson test
data:  ols
DW = 2.6447, p-value = 0.8619
alternative hypothesis: true autocorrelation is greater than 0

    One-sample Kolmogorov-Smirnov test

data:  ols$residuals
D = 0.1, p-value = 0.9996
alternative hypothesis: two-sided

Terlihat bahwa seluruh uji asumsi klasik memenuhi kecuali uji non-multikolinearitas, karena nilai dari VIF > 10, maka alternatifnya menggunakan model regresi ridge

Code:

#PEMODELAN RIDGE REGRESSION
library(glmnet)

#Definisikan variabel dependen
y <- df$y

#Definisikan variabel independen
x <- data.matrix(df[1:2])

#Model ridge
ridge <- glmnet(x, y, alpha = 0)

#ringkasan model ridge
summary(ridge)

Hasil:

          Length Class     Mode   
a0        100    -none-    numeric
beta      200    dgCMatrix S4     
df        100    -none-    numeric
dim         2    -none-    numeric
lambda    100    -none-    numeric
dev.ratio 100    -none-    numeric
nulldev     1    -none-    numeric
npasses     1    -none-    numeric
jerr        1    -none-    numeric
offset      1    -none-    logical
call        4    -none-    call   
nobs        1    -none-    numeric

Code:

#mencari lamda optimal dengan K-fold
cv_ridge <- cv.glmnet(x, y, nfolds = 3)

lamop <- cv_ridge$lambda.min

#Plot lambda
plot(cv_ridge)

Hasil:

Plot lambda untuk mendapatkan lambda optimal

Code:

#Model Final
ridgemod <- glmnet(x, y, alpha = 0, lambda = lamop)
coef(ridgemod)

Hasil:

3 x 1 sparse Matrix of class "dgCMatrix"
                    s0
(Intercept) -0.3570000
x1           0.3762883
x2           0.5668323

#Model regresi ridgenya: -0,3570000 + 0,3762883x1 + 0,5668323x2

Code:

#Menggunakan model fit untuk prediksi
y_predicted <- predict(ridgemod, s = lamop, newx = x)

#menghitung nilai Sum Square of Total dan Sum Square of Error
sst <- sum((y - mean(y))^2)
sse <- sum((y_predicted - y)^2)

#Menghitung nilai R Square model
rsq <- 1 - sse/sst
rsq
#atau bisa juga dilihat dari dev.ratio
ridgemod$dev.ratio

Hasil:

[1] 0.9863052

[1] 0.9863052

Code:

#Nilai MSE OLS
olspred <- predict(ols, newdata = df)
mean((olspred-df$y)^2)

#Nilai MSE Ridge
ridgepred <- predict(ridgemod, newx = x)
mean((ridgepred-df$y)^2)

Hasil:

OLS: [1] 0.06671445

Rigde: [1] 0.1014786

Terlihat bahwa MSE dari model ridge juga tidak lebih rendah daripada regresi OLS. Sedangkan kalau dilihat dari R square-nya relatif sama nilainya. Baik, demikian sekilas belajar bersama kita mengenai regresi ridge dengan R. Jangan lupa untuk terus menyimak unggahan berikutnya dan jangan lupa share. Selamat mempraktikkan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari P - Value dan Titik Kritis Uji F, Uji t, Uji Chi Square, dan Uji Z Normal dengan R

Mencari nilai p-value dan titik kritis Bagi teman-teman yang pernah mengenal statistika, pasti familier dengan istilah p-value dan titik kritis. P-value biasanya didefinisikan sebagai probabiltas atau peluang maksimal yang diamati dari hasil uji statistik, bahasa gampangnya adalah besarnya kesalahan penelitian berdasarkan uji statistik. Sebagai contoh sederhana, dari 100 orang dengan nama masing-masing dan diklasifikasikan ke dalam gender nama perempuan dan nama laki-laki, didapatkan nilai p-value uji statistiknya sebesar 0,05 atau 5%. Itu artinya, dari 100 orang, ada kemungkinan sebanyak 5 orang yang namanya salah klasifikasi. Dari namanya terdeteksi sebagai nama perempuan, padahal aktualnya yang bersangkutan bergender laki-laki. Sedangkan titik kritis atau titik uji adalah nilai batas pengujian hipotesis statistik, apakah masuk dalam wilayah tolak hipotesis, ataukah gagal menolaknya. Titik ini berkaitan erat dengan nilai p-value . Kalau biasanya kita mendapatkan kedua nilai ini da...

Cara Mendowload dan Install R serta RStudio di Windows (Step by Step)

Cara Download dan Install R serta R Studio di Windows Halo teman-teman, mohon maaf karena beberapa waktu ini, blog ini sempat vakum dari unggahan. Kali ini saya akan coba berbagai mengenai bagaimana cara mengunduh ( download ) dan menginstal ( install ) program R sekaligus R Studio khususnya di Windows. Unggahan kali ini sedikit terbalik karena semestinya saya unggah terlebih dahulu pertama kali di blog ini, namun bukan masalah, mengingat kemarin ada beberapa pihak yang meminta untuk menerangkap bagaimana tahapan mengunduh dan instalasi R dan R Studio, jadinya saya dahulukan pada unggahan ini sebelum pembahasan mengenai Data Mining , Data Science , atau bahasan Big Data kita terlampau jauh. Baik, kita akan mulai dengan bagaimana mengunduh R dan R Studio melalui mesin pencari Google. R dan R Studio ini memang beberapa waktu terakhir ini booming , apalagi dengan munculnya konsep mengenai Big Data , Data Modelling, Data Mining, dan Data Science serta Data Visualization . Sebenarnya, men...

Analisis Tipologi Klassen (Klassen Typology) dan Visualisasi Spasialnya dengan R

Tipologi Klassen dan visualisasinya dengan R Halo teman-teman, sebelumnya kita telah membahas tentang analisis Shift Share dan Location Quotient (LQ) dengan menggunakan R. Kali ini, kita akan membahas mengenai satu lagi alat analisis yang sebenarnya merupakan alat analisis tiga serangkai dari SS dan LQ, yaitu analisis Tipologi Klassen. Dalam penelitian ekonomi kewilayahan, ketiga analisis ini seringkali digunakan, baik dalam rangka melihat perkembangan dan transformasi struktur ekonomi suatu wilayah maupun melihat keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif wilayah satu dengan wilayah lainnya dengan mengacu wilayah referensi. Terlebih dulu, sebelum melakukan visualisasi spasial menggunakan fungsi plot(), ada baiknya kita bahas terlebih dahulu mengenai Tipologi Klassen itu sendiri. Tipologi Klassen merupakan teknik pengelompokan sektor, subsektor, lapangan usaha, atau komoditas tertentu di wilayah analisis berdasarkan pertumbuhan nilai tambah wilayah analisis terhadap nasional atau...